Penafsiran pada Q.S.
al-Baqarah/2:278
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#râsur $tB uÅ+t/ z`ÏB (##qt/Ìh9$# bÎ) OçFZä. tûüÏZÏB÷sB ÇËÐÑÈ
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika
kamu orang-orang yang beriman.”
Allah menyuruh
hamba-hambanya yang beriman agar bertakwa kepadanya. Allah pun melarang mereka
melakukan sesuatu yang mendekatkan mereka kepada kemurkaannya dan menjauhkan
mereka dari keridhaanya. Dia berfirman, “Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah,” takutlah kepadanya dan hati-hatilah dalam berbuat
karena dia mengawasimu, “serta tinggalkanlah sisa riba”, yakni tinggalkanlah
hartamu yang merupakan kelebihan dari pokok yang harus dibayar oleh orang lain,
setelah menerima peringatan ini, “jika kamu adalah orang-orang yang beriman”
kepada apa yang disyariatkan Allah, yaitu penghalalan jual beli, pengharaman
riba, dan syariat lainya.
Redaksi ayat ini diturunkan
berkaitan dengan bani Amr bin Umeir dari
Tsaqif dan berkaitan dengan bani Mughirah dari bani Makhzum. Telah terjadi riba
diantara mereka pada masa jahiliah. Setelah Islam datang dan mereka memeluknya,
Tsaqif meminta hartanya dari bani Mughirah. Kemudian mereka bermusyawarah. Bani
Mughirah berkata, “Kami tidak akan melakukan riba dalam Islam dan akan
menggantinya dengan usaha yang islami. “Kemudian Utab Ibnu Asid, pemimpin
Mekah, melaporkan hal itu kepada Nabi saw dalam sepucuk surat. Maka diturunkanlah
ayat di atas. Lalu, Rasullullah saw membalas Utab dengan surat yang berbunyi,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa
riba, apabila kamu adalah orang-orang yang beriman. Apabila kamu tidak
melaksanakan, maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu.”Maka
mereka berkata, “ Kami bertaubat kepada Allah dan kami akan meninggalkan sisa
riba. Maka mereka semua meninggalkanya.”
Ayat ini merupakan peringatan keras
dan ancaman yang tegas bagi orang yang masih melaksanakan praktik riba setelah
diberi peringatan. Ibnu Jureij berkata, “Ibnu Abbas berkata ihwal ‘ketahuilah
bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangi kamu. “ Ibnu Abi Hatim mengatakan dari
Hasan dan Ibnu Sirin, keduanya berkata, “ sesungguhnya mereka yang suka menukar
uang dengan uang merupakan pemakan riba dan telah dimaklumkan perang oleh Allah
dan rasulnya jika ada pemimpin yang adil, maka suruhlah bertaubat. Jika mereka
tidak mau, maka bunuhlah. “ Qatadah berkata, “ Allah mengancam mereka dengan perang,
sebagaimana yang mereka dengar. Dia menjadikanya sebagai tukang palsu uang ke
mana pun mereka pergi. Hindarkanlah dirimu dari keterlibatan dengan jual beli
riba seperti itu. Karena Allah telah meluaskan perkara halal dan menjadikanya
baik. Maka jangan sekali-kali kamu terperosok dalam kemaksiatan kepadanya.
Kemudian Allah Ta’ala berfirman,
“apabila kamu bertaubat, maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya”
dengan mengambil tambahan “ dan tidak pula dianiaya” dengan menghanguskan pokok
harta. Namun, kamu memperoleh apa yang telah kamu berikan tanpa tambahan atau
kekurangan. Firman Allah, “ dan apabila dia dalam kesukaran, maka berilah dia
tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan itu lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui. “ Allah Ta’ala menyuruh bersabar dalam menghadapi orang yang
kesulitan dan tidak dapat membayar. Tidak seperti orang jahiliah yang
mengatakan kepada peminjam, “ Bila telah jatuh tempo dibayar atau ditambahkan
pada bunganya. “ Kemudian Allah menganjurkan untuk menghapuskan saja. Dan dia
pun menjanjikan kepadanya, bila berbuat demikian, kebaikan dan pahala yang
banyak. Allah berfirman, “ dan menyedekahkan itu lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui. “ Maksudnya, apabila kamu tidak mengambil pokok pinjaman secara
keseluruhan dan membebaskan si peminjam dari kewajibanya membayar utang, maka
hal itu lebih baik bagimu. Banyak sekali hadits Nabi saw dari berbagai jalan
yang berkaitan dengan hal di atas.
Imam Ahmad meriwayatkan dari
sulaiman bin Buraidah, dari bapaknya, dia berkata, Saya mendengar Rasulullah
saw bersabda, “ Barangsiapa yang memberi kelonggaran pembayaran kepada peminjam
yang kesulitan, maka baginya pahala sedekah sebesar pinjaman itu untuk setiap
harinya. “ Saya berkata, “ Wahai Rasulullah, saya mendengar engkau mengatakan,
“ Barangsiapa yang memberi kelonggaran pembayaran kepada peminjam yang
kesulitan, maka baginya pahala sedekah sebanyak dua kali lipat dari jumlah
pinjaman itu untuk setiap harinya.” Nabi bersabda, “Setiap harinya pemberi
kelonggaran mendapat pahala sedekah sebesar pinjaman itu bila ditagih sebelum
jatuh tempo. Namun, bila pemberian kelonggaran pembayaran itu dilakukan setelah
jatuh tempo. Namun, bila pemberi kelonggaran itu dilakukan setelah jatuh tempo,
maka baginya pahala sedekah sebesar dua kali lipat dari jumlah pinjaman itu
untuk setiap harinya.”
0 comments:
Post a Comment
Komen yang tidak sesuai akan dihapus