Pages

Mencari Partikel Tuhan



Berbicara mengenai partikel tuhan memang tidak ada habisnya, karena memang inti dari partikel tuhan itu sendiri keberadaanya masih sulit dibuktikan secara empirik, tapi secara realitas dengan mudah kita bisa melihatnya. Untuk membuktikan partikel tuhan itu sendiri. filsafat ilmu mensyaratkan pembuktian tersebut untuk melalui metodologi tertentu yang kemudian disebut sebagai metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan syarat agar sesuatu tersebut dapat disebut sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan dapat dibuktikan secara empiris. Lalu apakah partikel tuhan ini juga bagian dari ilmu pengetahuan? Jika merujuk kepada ketentuan filsafat ilmu dimana untuk menyebut sesuatu ilmu harus melalui serangkaian metode ilmiah yang bisa dibuktikan dengan panca indra, lalu apakah tuhan bisa dibuktikan dengan panca indra? Jawabanya sudah pasti tidak. Karna tuhan tidak bisa dibuktikan dengan indra makan hal-hal yang bersifat transcendental seperti ini bukan merupakan kajian dari ilmu melainkan kajian dari pengetahuan. Yang kemudian kita sebut bukan sebagai ilmu agama melainkan pengetahuan agama. Tuhan merupakan bagian dari Metafisik (sesuatu diluar fisik) dimana semua partikel tuhan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Merujuk kepada teori korespondensi, dimana sebuah pernyataan dapat disebut benar apabila materi dalam pernyataan tersebut berkorespondensi dengan objek faktual yang dituju. Semisalnya kita bilang salju itu putih, mungkin bagi orang yang pernah melihatnya dapat dengan mudah mempercayainya. Namun tidak demikian dengan orang yang belum pernah melihat salju. Demikian juga untuk hal-hal yang menjorok ke luar batas pengalaman manusia. Hal yang bersifat transcendental seperti ketuhanan dapat kita terima sebagai hipotesa kemudian dalam pembuktianya berbeda dengan cara pembuktian materi empiris dengan melibatkan panca indra. Dalam membuktikan existensi tuhan kita menggunakan imajinasi, intuisi, nalar dan perasaan. Secara ontologis (hakikat) filsafat merupakan keilmuan yang sudah menemukan objek pembahasanya, yaitu tuhan. Namun bukan berarti pembahasanya berhenti sampai disitu. Karna pembahasan tentang sifat dan existensi tuhan akan menimbulkan persepsi dan cara pandang baru.
            Seringkali kita terjebak dengan penyebutan terminologi ilmu gaib dan ilmu matematika yang menurut filsafat ilmu tidak bisa disebut sebagai bagian dari ilmu. Karna tidak dapat dibuktikan dengan empiris, kita terkadang akan terjebak dalam terminology penyebutan kata ilmu dan pengetahuan. Ilmu gaib tidak bisa dibuktikan secara empiris, tidak ada yang bisa membuat semua orang melihat langsung bagaimana alur ilmu gaib itu bekerja, begitupun dengan matematika yang tidak bisa dibuktikan secara indrawi. Kita tidak bisa melihat dan merasakan bagaimana fisik angka tiga dan tidak bisa menyentuh angka-angka tersebut. Jika matematika itu sendiri tidak ingin disebut sebagai pengetahuan maka nantinya terminology metode penelitian harus dirubah menjadi metode pengetahuan. Sedikit pencerahan menurut filsafat ilmu matematika merupakan kegiatan mental yang paling rendah. Dianggap paling rendah karena menghitung bisa menggunakan alat hitung kalkulator sementara berfikir ilmiah tidak bisa menggunakan alat. Entah statement ini meruapakan bagian dari realitaas atau hanya bentuk apology para philosopher karna mereka umumnya tidak pandai berhitung. Disini kita harus cermat dalam memahami terminology knowledge dan science. Knowledge secara genus bermakna pengetahuan sementara science yang lebih spesifik  bermakna ilmu pengetahuan. Filsafat lebih memilih menyebut philosophy of moral disbanding science of moral, begitu pun dengan philosophy of economic disbanding science of economic. Karna kedua ilmu tidak secara ontologis tidak dapat dibuktikan dengan empiris.

0 comments:

Post a Comment

Komen yang tidak sesuai akan dihapus

Recent post

Share